Wednesday, March 30, 2011

(Teaching) Possessive Pronoun

Hebat sekali kurikulum sekolah dasar sekarang ini. Possessive pronoun sudah diajarkan di kelas tiga. Murid saya sudah hafal bentuk possessive adjective (my, your, our, their, his, her, it) dan possessive pronoun (mine, yours, ours, theirs, his, hers). Murid saya tersebut juga sudah bisa menggunakannya dalam kalimat, dengan struktur seperti That is your pencil atau This book is mine.

Masalah muncul ketika di buku paket mereka ada bentuk soal "menerjemahkan". Saat menerjemahkan frasa seperti "my book" atau "his car", saya menyarankan alternatif jawaban yang lebih luwes yaitu: "bukuku" dan "mobilnya". Murid saya malah kebingungan.

"Kok bukan buku aku? Kok bukan mobil dia?" tanyanya sambil mengernyitkan dahi setengah gemas.

Saya yang ikut-ikutan gemas kemudian meminjam buku pelajaran Bahasa Indonesia. Setelah saya ubek-ubek, memang sama sekali tidak ada teori tata bahasa tentang pronomina atau kata ganti kepunyaan. Isinya memang lebih banyak teks bacaan dan soal-soal uraian. Dan tentunya dalam teks-teks yang lumayan panjang itu, sudah ada penerapan kata ganti kepunyaan, seperti "anaknya" atau "sepedaku". Sayangnya tidak ada penjelasan mengenai asal pembentukan kata tersebut. Pengurangan porsi untuk teori memang bermanfaat, tetapi menurut saya sudah berlebihan jika salah seorang murid saya yang kelas enam pun tidak tahu istilah "kalimat verba", "kalimat nomina", "kata benda konkret", atau "kata benda abstrak".

Tuesday, March 29, 2011

(Translation) Google Translate Client

Beberapa waktu yang lalu seorang teman yang pakar IT melempar link ke forum diskusi. Katanya sih, "google translate in your hand". Saya coba mengunduh. Setelah melalui proses seperti normalnya menginstall program-program lain, voila, muncullah logo google translate client di bar dan desktop saya. Karena penasaran dengan kehebohan rekan-rekan penerjemah jika sudah membicarakan tentang tool penerjemahan yang satu ini, segera saya perawani program yang baru saya dapat itu. Satu kata, oke lah. Ada beberapa alternatif terjemahan yang memang cocok. Tapi begitu saya masukkan teks panjang, hmmm... so no no deh, sangat tidak dianjurkan. Thanks to Mbah Google anyway, at least dapat kamus baru, hehe.


Anda bisa ikut mengunduh di sini. Good luck!

Tuesday, March 22, 2011

(Editing) Kesalahan Fatal

Selama tiga tahun lebih menjadi editor, saya memiliki kenangan paling "pahit" saat menyunting sebuah buku terjemahan. Tentu tidak perlu saya sebutkan judul buku dan nama penerjemahnya. Terjemahan tersebut kacau sekali sampai-sampai saya menyempatkan diri untuk mengumpat setiap kali jenuh. Padahal butuh waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu hingga benar-benar tuntas proses penyuntingannya.

Berikut ini sedikit contoh kesalahan fatalnya. Sayang saya tidak sempat mencatat konteksnya secara agak lengkap, tapi semoga sudah bisa dipahami letak kesalahan fatalnya.

  1. "Learners can experience difficulty... " diterjemahkan menjadi "Siswa sulit mendapatkan pengalaman..."
  2. "This is because ... " diterjemahkan menjadi "Hal ini menyebabkan ... "
  3. "... in order for this to happen..." diterjemahkan menjadi "maka sehingga urutan tersusun... "

(Translation) 1st: Teaching Young Children

Yup, ini dia terjemahan perdana saya. Terjemahan super kilat karena dikejar deadline proyek. Buku setebal 200an halaman ini rampung dalam waktu dua minggu. Sebenarnya bukan job pertama, tapi karena yang ini lebih buru-buru, buku pertama ditunda dulu. Jadilah buku ini yang lebih dulu terbit.

Saya sangat menikmati proses penerjemahan buku untuk guru TK ini. Terkadang senyum-senyum sendiri membayangkan kekacauan yang terjadi di kelas TK. Cat air yang tumpah kemana-mana, mainan yang berserakan, atau peralatan memasak yang kotor. That's right, karena itulah buku ini ada. Semua kekacauan itu bisa dicegah dan ditangani dengan baik melalui tips-tips yang disajikan dalam buku ini. Mulai dari perencanaan jadwal harian hingga penataan furnitur untuk aktivitas kelas.

Judul: Mengelola Kelas untuk Guru TK
Judul Asli: Teaching Young Children
Author: Dianne Miller Nielsen
Penerbit: PT Indeks
ISBN: 979-683-883-4
Jumlah halaman: 196
Ukuran: 21 cm x 28 cm
Tahun terbit: 2008
Harga: Rp 50.000,-

Cek FB-nya di sini. Review English version di sana. Dan review dari saya di situ.

Friday, March 18, 2011

(Teaching) Plural Nouns (lagi)

Tadi malam murid saya mengerjakan tugas dari Workbook-nya. Ada perintah untuk menerjemahkan kalimat:

Don't eat candies.

Lalu oleh murid saya diterjemahkan menjadi

Dilarang makan permen-permen.

Haduh, lagi-lagi plural nouns. Entah kenapa saat mendengar terjemahan murid saya tersebut, saya jadi menangkap kesan "permen tertentu". Padahal tentu saja yang dimaksud hanya sekedar larangan makan permen. Saat saya menyuruh murid saya menggantinya menjadi satu "permen" saja, murid saya ragu-ragu.

"Tapi ini kan permennya lebih dari satu, Mba... Nanti kalo dimarahi Bu Guru gimana?"

Thursday, March 17, 2011

(Translation) Plural Nouns (1)

Sejak awal menggeluti dunia penyuntingan, koordinator saya menyarankan agar plural noun (kata benda jamak) dari bahasa Inggris diterjemahkan menjadi satu kata saja dalam bahasa Indonesia. Alasannya, tentu agar lebih efektif. Saya sendiri mulai merasa risih jika membaca teks terjemahan yang terlalu banyak kata ulangnya. Tentu saja beberapa kali muncul perdebatan mengenai hal ini karena tidak ada aturan yang mutlak. Seorang rekan saya berpendapat lain. Jika memang pengulangan kata tersebut signifikan, maka harus tetap diterjemahkan menjadi kata ulang. Ya, saya juga tidak membantah. Terkadang bentuk jamak memang penting dan memengaruhi makna.

Berikut ini contoh plural noun yang tidak perlu diterjemahkan menjadi kata ulang.

All states have responded to No Child Left Behind Act of 2001. 

Semua negara-negara bagian telah merespons No Child Left Behind Act 2001.

(Translation) I think...

Meskipun "think" pada umumnya diartikan sebagai dan erat kaitannya dengan "berpikir", ada beberapa situasi ketika "berpikir" menjadi kurang sesuai. Saya sendiri jarang menerjemahkan:

I think ...

menjadi:

Saya pikir...

tetapi saya lebih suka menggunakan:

Menurut saya ....

Contoh:

A: What do you think about my blog?
B: I think it's a breakthrough (buset dah).

Terjemahannya menjadi:

A: Apa pendapatmu tentang blog saya?
B: Menurut saya, blog ini adalah terobosan baru (tssaahhhh).

Prologue (dan semoga tidak ada Epilogue)

Bismillahirrohmanirrohim.


Dengan tekad bulat dan semangat nekat, detik ini saya luncurkan blog baru saya. Melalui blog ini saya berharap dapat berbagi pengalaman seputar tugas sehari-hari saya yang berkaitan dengan bahasa Inggris, yaitu menyunting, menerjemahkan, dan mengajar.
Meskipun baru belajar, tapi ini bukan blog iseng. Semoga semangat saya untuk nge-blog tak pernah padam (lilin kalee...). Semoga dengan adanya blog ini, banyak teman baru yang hinggap dan beterbangan (kupu-kupu kalee...). Daripada semakin geje, lebih baik saya akhiri posting pertama saya ini dengan semboyan yang meskipun jadul namun selalu layak dikumandangkan: NKRI Harga Mati! :)